15 Mei 2013

Pengasih Tajun



Bismilahirrahmanirrahim

Lama tidak menjumpai pembaca. Mohon dimaklumi  jika di tengah kesibukan saya, tidak sempat menulis keilmuan lain. Namun, jika melihat perkembangan ilmu-ilmu warisan moyang nusantara di internet, kiranya sudah cukup menjadi amalan untuk perjuangan hidup. Justru jika terlalu banyak amalan tanpa fokus dikhawatirkan ilmu tidak matang. Lebih apes lagi di saat membutuhkan ilmu tersebut dalam kondisi terdesak, ternyata tidak bekerja sesuai dengan harapan awal.

Belajar ilmu lewat internet saat ini tentu berbeda dengan yang dilakukan para pemburu ilmu secara konvensional.  Di zaman kakek dan buyut kita untuk mendapatkan amalan atau ilmu selalu mencari guru dan dipelajari secara tatap muka. Jika mendatangi ulama atau cerdik pandai pun belum tentu sekali berkunjung langsung diberi pengajaran. Sungguh kesabaran juga diperlukan dalam menuntut ilmu. Sedangkan saat ini, tinggal baca blog, sekitar 1 jam sudah bisa copy paste berbagai ilmu. Lalu saat meminta izin dan tidak diberikan kalimat kuncinya, malah menulis komentar panas di forum tertentu. Kurang beradablah jika mereka mengaku sebagai orang timur, dan tata krama yang baik juga membuahkan berkah.

Berikut ini salah satu ilmu pengasih hasil keluyuran saya ke salah satu negeri yang dianggap negeri siluman. Awalnya saya penasaran, lalu setelah mencari info kesana kemari, akhirnya saya berhasil memasuki negeri itu yang ternyata di alam bunian. Di sana saya betemu dengan Suku Tumi yang rata-rata penduduknya jago ilmu pengasih atau pukau. Namun, kebanyakan gadis-gadis Suku Tumi malah jarang mendapat serangan ilmu pengasih karena di saat usia 15 tahun, mereka sudah dipasak dengan ilmu sari Qur’an di badannya. Sehingga mereka mempunyai pagar diri yang cukup kuat.

Ilmu pengasih Tajun ini sudah terkenal kehebatannya. Ada salah satu  pengamalnya yang buruk mukanya, tetapi bagi gadis yang telah menjadi sasaran pengasih ini serasa melihat pangeran berwajah tampan. Dan kebanyakan wanita yang terkena akan stres atau bahkan gila jika ditinggalkan atau tidak jadi dinikahi. Hehehe..pembaca yang merasa rindu dendam atau dihina cewek pasti mulai bergairah kan.. 

Harap jangan berlaku kejam wahai para sahabat. Kurang baiklah jika menggunakan pengasih ini untuk menuruti dendam di hati. Ilmu ini jika dipakai untuk mempermainkan wanita dan menggoda istri orang akan luntur. Jadi mohon dipertimbangkan niat awalnya.. okey, langsung kita bahas cara menguasai ilmu ini.

Sediakan daun nangka tunggal, artinya daun yang tumbuh satu dan menempelnya di pohon, bukan di ranting. Setelah mendapatkan daun tersebut, Anda mandi hadas besar, dilanjutkan berwudhu. Kemudian, daun itu  dipegang dan dibacakan doanya sekitar jam 8 malam:

“Bisminuktah kun takabul sagala sumpah, karamat sumpah mun di sumpah hati, di lam hati ada arsy, karamat arsy Allah busamayam, maka tagila lah hamu ... bin... kapasak rasamu sapati rasaku, xxxxxxxxxx” (kalimat lengkap lewat email)

Doa dibaca 777x lalu tiupkan ke daun. Setelah membaca doa, bayangkan target tersenyum dan memeluk Anda.  Lalu daun di simpan di atas lemari dan ditutup. Ritual ini ulangi hingga 3 malam.

Selanjutnya, temui gadis incaran Anda. Sebelumnya berwudhu terlebih dahulu. Saat akan keluar rumah, doa di baca 7x lalu hentakkan kaki 3x. Tidak perlu hentakan keras penuh dendam macam orang jadi korban Eyang dukun yang lagi tren di youtube, hehehe..  Saat bertemu target, jangan salaman dulu, karena menjaga wudhu. Biasanya kalau sudah gemes langsung nyelonong saja tangannya.

Jika target kelihatan mulai kena dan tampak malu-malu manja.. pulangnya boleh bersalaman. Dan siapkan jadwal kencan lanjutan.  Lalu bagaimana nasib daunnya? Nah, daun itu dibakar dan abunya disimpan. Saat kencan kedua, usahakan abu daun itu dicampurkan minuman atau makanan agar dimakan target. Tidak perlu banyak, nanti minuman beraroma abu sungguh mencurigakan. Itulah cara agar mengikat cintanya tidak berpaling ke lain hati.

Semoga tulisan ini bisa menambah kecintaan kita pada negeri ini. Dan bila ilmu ini dirasa susah, cukup dijadikan penambah wawasan.

Wassalam...

pangkalimaangin@gmail.com